PEMENTASAN DRAMA
“GEGER PANAWIJEN”
Tegal, 11 Desember 2018.
Untuk pementasan hari kedua acara pementasan drama dari
semester 5 yaitu penampilan drama berjudul “GEGER PANAWIJEN” dengan lakon dari
kelas 5C Mahasiswa mahasiwi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, UPS Tegal.
Penulis dari drama ini yaitu Lanang Setiawan, dan Pembina Lukman Alfaris. Dan
juga disutradarai oleh Atma, Astradara Kurniasih, Pimpro Afan, Sekertaris
Puput, dengan aktor Alfi, Budi, Dimas, Bayu, Kholik, Tanis, Lis, Aqil, dan Kiki.
Drama ini bercerita tentang huru-hara di masyarakat
pedukuhan panawijen yang gara-gara Ken Angrok membangun sebuah gedung bioskop
di tengah-tengah pemukiman pedukuhan Batil.
Dikisahkan, Anusapati merupakan anak tiri Ken Angrok yang
diasingkan di pedukuhan Panawijen bersama ibunya, Ken Dedes, dan Anusapati
meneyewa pembunuh bayaran bernama Suro Bandit. Anusapati sangat dendam kepada
ayah tirinya itu. Ia dendam karena sewaktu dirinya dalam kandungan Ken Dedes,
ayahnya, Tunggal Ametung, dibunuh Ken Angrok dengan senjata bedil buatan Mpu
Gandring. Senjata itulah yang akhirnya menghabisi nyawa Ken Angrok sendiri,
saat Ken Angrok sedang bersantai dan berjoget dengan para penari. Lalu, Suro
Bandit dengan sigap langsung menembakkan bedil buata Mpu Gandring tersebut.
Kritik dan saran untuk pementasan drama ini yaitu:
1. Sosok Ken Dedes tidak kelihatan seperti ibu dari Anusapati melainkan lebih pantas menjadi istri dari Anusapati, seharusnya tata rias bisa lebih menunjukkan peran tokoh tersebut.
2. Dan pemeran Ken Angrok juga kelihatan lebih muda
dari Anusapati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar